Candu Bergairah Menjadi Malapetaka Mengerikan, Benarkah?

Oleh : Regina Eka M

Perkembangan zaman dengan dibarengi perkembangan teknologi yang semakin menculat membuat aktivitas masyarakat tak lagi terbebani. Apalagi adanya alat komunikasi gawai yang membuat segalanya menjadi seperti tidak ada tedeng aling-aling. Gawai atau yang lebih dikenal dengan handphone atau hp ini yang dulunya segede ulekan bumbu dapur sekarang sudah setipis kaca rias. Yang dulunya hanya bisa buat telpon dan sms, kali ini sudah canggih dipergunakan untuk berbagai macam hal. Bahkan pengguna dari benda canggih ini tidak hanya di kalangan anak muda, tetapi mbah-mbah saja dengan gesitnya menggunakan benda ini.

Benda kecil tapi pintar ini, jika dipergunakan dengan baik dan tepat tentu saja akan memberi seribu manfaat yang tiada tandingannya. Bahkan bisa jadi hal-hal yang tidak terduga pun akan muncul. Namun, efek yang ditimbulkan dari benda kecil ini, tentu saja juga sangat berisiko. Apalagi penggunaan yang terlalu bergairah dan selalu tidak mau terlepas dari benda ini, ditakutkan akan mengalami kecanduan. Lantas dalam hal ini, apakah kalian benar-benar dapat dikatakan tidak kecanduan dengan handphone? Jika iya apa kalian dapat terlepas dari benda multifungsi ini walaupun hanya sehari?

Di masa pandemi covid-19 membuat segalanya menjadi serba online, khususnya bagi pelajar. Mereka tidak belajar secara tatap muka, melainkan belajar secara daring. Namun, apakah bisa dikatakan mereka benar-benar belajar atau sekadar mengerjakan tugas asal-asalan yang penting mengumpulkan? Tentu saja buat kalian yang di lingkungan rumahnya banyak kaum pelajar pastinya akan tahu kegiatan mereka di masa pandemi ini. Pastinya banyak dari kalian yang mengatakan banyak sekali anak-anak sekolah yang menghabiskan waktu untuk bermain game online, tidak online untuk belajar.

Pengamatan saya terkait hal ini benar adanya, tentu saja harus sesegera mungkin ditangani. Di desa saya banyak sekali anak-anak kumpul di satu titik hanya untuk menjalankan aksi mereka mabar (main bareng) game online. Sampai-sampai mereka tidak tahu waktu karena mereka pulang hanya sekadar menyuap nasi, setelah itu kembali untuk beraksi. Jadi, kapan mereka meluangkan waktunya untuk belajar, atau sekadar mengerjakan tugas? Sudah dapat ditarik kesimpulan dong kalau seperti itu, mereka hanya asal saja mengerjakan.

Yang membuat saya lebih penasaran, apakah orang tua mereka tidak menanyakan walau sejengkal terkait tugas-tugas sekolah? Atau mereka yang membandel dan keras kepala seperti noda yang membandel di baju yang susah untuk diusir. Tentu saja hal ini adalah suatu kejadian dari beberapa faktor-faktor tertentu. Namun, kegairahan mereka terhadap game online, membuat mereka rela mengurangi jam tidurnya. Padahal jika ditelaah lebih dalam penggunaan benda kecil ini secara berlebihan, akan menimbulkan efek yang besar tentu saja juga berbahaya.

Banyak sekali fakta yang sudah terjadi dalam kehidupan sekitar kita efek samping penggunaan handphone. Beberapa di antaranya yang menurut pendapat saya merupakan hal yang benar-benar parah dialami adalah sikap agresif anak akan berlebihan dan hilangnya sisi sosialisasi.

Yang pertama adalah sikap agresif anak akan muncul dengan berlebihan. Biasanya akan muncul karena game online yang mereka mainkan. Kemungkinan hal-hal yang ada dalam game akan dilakukan di dunia nyata tanpa kesadaran, bahkan emosi mereka tidak akan terkendali. Salah satu contohnya mereka akan mudah marah jika ada sesuatu hal kecil yang tidak disukainya. Saya punya nih, adik sepupu yang menurut saya juga kecanduan game online. Dia benar-benar menghabiskan waktunya untuk pegang handphone. Sisi agresifnya juga muncul, bahkan dia juga sering membangkang orang tuanya. Menurut saya kasus jika anak bersikap agresif ini susah lo untuk ditaklukan, karena anak mulai berani dan membenarkan segala hal yang dilakukannya.

Sosialisasi di lingkungan sekitar adalah suatu hal yang sangat penting dan dibutuhkan. Namun, akhir-akhir ini banyak yang lebih menundukan kepala main hp ketimbang menundukan kepala ketika berjalan di depan orang tua sembari mengucapkan “monggo, nyuwun sewu”. Lantaran mereka nunduk untuk apa? La, jelas untuk benda kecil super jenius to. Sampai halnya jalan sambil mainan hp lupa unggah ungguh orang jawa, eh akhirnya kejeblos dalam selokan. Dapat dilihat sekarang ika sedang menunggu bus di halte-halte, zaman dulu banyak orang mempergunakan hal itu untuk kesempatan. Salah satunya kenalan dengan cewek cantic yang di sebelah gitu. Namun kali ini berbeda mereka akan nunduk ke bawah memijat-mijat benda kecil itu.

Menurut pendapat yang sudah disampaikan oleh Eniarti, Budi Pratiti, Cecep Sugeng K bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada mengatakan bahwa perilaku anak dapat dibentuk melalui pengalaman maupun pengamatan. Teori yang digunakan adalah Teori Pembentukan Tingkah Laku. Pembentukan teori tingkah laku ini dapat dilakukan orang tua masing-masing anak yang mengalami kecanduan. Dengan memberlakukan teori ini, laun-laun kemungkinan anak akan berkurang bermain game online.

Selain itu, saya pernah menemukan fakta yang terjadi ketika saya masih duduk di bangku SMP. Di mana teman saya saat itu kecanduan game online, sampai-sampai hal itu dapat mengelabui pikirannya. Dapat dibayangkan bagaimana mengerikan sekali jika hal itu terjadi pada diri kita. Iya tidak?

Suatu hari aku dan teman-teman berangkat sekolah seperti hari-hari biasanya. Nah, yang berbeda adalah teman saya itu. Iya, teman saya yang kecanduan. Entah kenapa tiba-tiba teman saya seperti tidak sadar waktu jam pelajaran masih berlangsung, bawa tas dan keluar kelas tanpa pamit sama guru. Dia terus berjalan dan sampai gerbang baru di cegat sama satpam dan katanya ketika ditanya mau apa, jawabannya main game. Sontak mengejutkan dong, sama satpam langsung di anter nih temenku itu ke ruang BK untuk diklarifikasi.

Namun,tidak semudah yang dibayangkan loh, dia tidak langsung nurut. Eh, dianya malah meronta-ronta dan yah, pasti ada dramannya. Wkwkwk

Di dalam ruang BK pun dia tetap meronta-ronta ingin pulang dan main game, karena seperti itu pihak sekolah langsung menghubungi orang tuanya. Kemudian orang tuanya, langsung memberikan informasi bahwa anaknya ini sudah sekian lama sering main game online, bahkan sering tidak tidur malam demi game ini. Selepas itu, teman saya itu langsung dibawa ke rumah sakit untuk ditindak lanjuti.

Ternyata dampak dari penyalahgunaan handphone dan kecanduan game online ini sangat mengerikan. Saya sangat berharap untuk orang tua yang mendapati anaknya mulai bersikap candu, segera mungkin melakukan tindakan. Tidak harus berperilaku keras kepada anak, karena anak mungkin jika dikerasi malah semakin menjadi. Lebih baik menasehatinya dan selalu mengajak anak untuk berkomunikasi. Bisa jadi anak meluapkan segala aktivitasnya karena anak tidak memiliki teman untuk berbicara.

Selain itu orang tua harus bisa membatasi jam anak untuk bermain game online. Bahkan harus sering-sering bertanya apakah ada tugas yang harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum bermain game agar nantinya tugas juga tidak terbengkalai.***

Mungkin Anda Suka