Masih Malu Bahas Sexual Education?

Oleh : Pasharizky Ayu Distyo Lanaswara

Di Indonesia, pendidikan seks merupakan hal yang masih tabu untuk dibicarakan. Padahal pendidikan seks sangatlah penting bagi anak-anak khususnya di Indonesia. Pendidikan seks ini sebenarnya luas dan tidak hanya membicarakan hal-hal jorok saja.

Bisa di katakan pendidikan seks adalah suatu informasi yang membahas mengenai seksualitas manusia yang jelas dan benar. Mungkin karena sudah menjadi suatu hal yang dianggap aneh, vulgar, bahkan ada yang berpikiran pendidikan seks akan mendorong remaja untuk berhubungan sex oleh segelintir orang.

Makadari itu masih banyak orang yang malu atau mungkin ia akan menghindar dan mengalihkan pembicaraan seperti enggan membahas sexual education.
Pemikiran seperti inilah yang menjadi masalah dalam pendidikan seksual.

Jadi, apasih pendidikan seksual itu? Bukankah hal itu terdengar jorok untuk dibahas? Mungkin masih banyak lagi pertanyaan dibenak orang-orang mengenai pendidikan seksual.

Secara nalar saja, pendidikan seksual ini adalah suatu informasi pengetahuan tentang hal yang berhubungan dengan jenis kelamin. Pastinya hal ini sudah di ajarkan oleh para orang tua kepada anak-anaknya mengenai pertumbuhan alat kelamin baik laki-laki atau perempuan yang memiliki jenis atau bentuk berbeda-beda.

Terdengar jorok memang ketika kita membicarakan tentang alat kelamin, akan tetapi justru kita harus menepis itu semua karena hal ini sangat penting untuk kita ajarkan kepada anak-anak dari kecil. Supaya mereka tahu fungsi dari apa yang mereka miliki, bagaimana perkembangannya, dan kenapa antara laki-laki dan perempuan memiliki bentuk yang berbeda.

Para orang tua, pastinya kalian pernah menerima sebuah pertanyaan seperti tadi dari anak-anaknya. Lalu bagaimana kalian menjawabnya? Apakah kalian akan menjelaskan secara detail atau bahkan kalian menghindar dengan mencari topik lain?

Hal yang sangat di sayangkan ketika para orang tua mengabaikan pertanyaan itu. Mungkin mereka tidak sadar jika dengan respon mereka seperti itu lalu anak-anaknya akan stop dan tidak menanyakan hal itu lagi kepada mereka. Benar saja, anak-anak tidak mempertanyakan hal itu lagi dan mereka akan mencari tahu sendiri karena untuk takaran anak-anak milenial sekarang mereka suka ingin tahu hal baru yang tidak mereka mengerti.

Selain mendapatkan informasi dari orang tuanya mereka akan cari tahu informasi tersebut entah dari sekolah, internet, teman sepergaulannya, atau mungkin mendengar cerita dari orang-orang. Apalagi bagi mereka yang sedang menginjak usia pubertas yang sudah mengalami perkembangan yang banyak dari alat kelaminnya.

Berbicara soal pendidikan seksual atau lebih ngetrend-nya “sex education” sudah seharusnya dibicarakan kepada anak-anak tanpa menunggu mereka beranjak remaja atau dewasa. Contoh kecilnya mungkin seperti ini, seorang anak kecil yang masih polos mereka sama sekali tidak tahu dan tidak paham apa itu sex education.

Ketika mereka bertemu oleh orang entah ia mengenalnya atau tidak dan pasti atau tidak ia akan mengalami suatu hal yang mereka tidak. Cubit pipi, cium pipi, colek pipi atau bagian tubuh lainnya. Bagi mereka, anak-anak kecil yang masih polos pastinya tidak ada perlawanan ketika menghadapi hal itu yang bahkan bisa menjurus ke pelecehan bukan? Mungkin orang itu hanya gemas saja pada anak kecil, tapi apakah kalian para orang tua rela anak kalian di perlakukan seperti itu oleh orang lain?

Pentingnya sex education sejak dini adalah salah satu upaya agar anak-anak terhindar dari hal hal yang tidak mengenakkan. Maka para orang tua hendaknya memberi tahu kepada anakanaknya tentang bagian tubuh mana sajakah yang boleh dan tidak boleh di pegang oleh orang lain. Agar anak-anak paham dan terhindar dari pelecehan seksual.

Berjalannya waktu, anak-anak akan tumbuh menjadi remaja. Mereka akan mengalami perubahan bentuk dan fungsi dari kelaminnya yang berhubungan dengan kesehatan organorgan reproduksi. Pastinya mereka sudah belajar mengenai alat reproduksi pada mata pelajaran biologi di sekolah.

Tentang perkembangan alat kelamin pada laki-laki dan perempuan, menstruasi, mimpi basah dan perubahan pada hormone-hormon. Selain itu mereka akan mencari tahu tentang apa fungsi lain dari alat kelamin mereka. Nanti hal itu akan menjurus ke perkawinan, kehamilan dan sebagainya.

Apakah mereka akan secara gamblang menanyakan hal tersebut kepada guru atau orangtuanya? Mungkin hanya beberapa saja dari mereka yang berani, tapi kan tidak semuanya mereka tanyakan karena mereka juga memiliki batasan mengenai hal yang akan mereka katakan dan selebihnya pasti mereka akan mencari tahu informasi sendiri entah melalui internet atau obrolan dengan teman-teman sepergaulannya.

Haruskah orang tua berperan penting dalam sex education kepada anaknya? Ataukah membiarkan mereka untuk mencari tahu sendiri ketika bernjak remaja-dewasa? Tentu saja peran orang tua sangatlah penting dalam sex education kepada anaknya dengan gaya dan caranya masing-masing yang pastinya agar anak dan orang tua nyaman satu sama lain, tidak ada perdebatan yang menimbulkan permasalahan serius atau hal-hal lainnya.

Baik dari orang tua maupun anak harus saling terbuka dan jangan merasa malu bahkan jijik ketika membahas hal tersebut. Intinya adalah komunikasi antara anak dan orang tua.

Beberapa hal pentingnya sex education bagi kalangan remaja :
• Agar remaja memiliki kesadaran akan pentingnya sex education
• Agar remaja paham dengan fungsi alat reproduksi
• Paham akan permasalahan seksual pada remaja
• Memahami factor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya masalah-masalah akibat kurangnya sex education

Kalian pasti tahu kan film Indonesia yang berjudul Dua Garis Biru. Film dengan genre drama tentang sex education yang seharusnya didapat remaja Indonesia, tapi di Indonesia sendiri sex education masih di anggap tabu bukan? Film yang mengkisahkan akibat perbuatan yang secara tidak sengaja dan mengakibatkan Dara hamil dan Bima yang ingin bertanggung jawab.

Mereka harus melakukan pernikahan dini, di hadapi oleh berbagai masalah kehidupan setelah apa yang sudah mereka perbuat di masa remaja dan di gambarkan secara gamblang dinamika hamil di luar nikah dan pernikahan dini. Film ini sangat relate dengan fenomena penyimpangan seksual remaja yang terjadi khsusunya di Indonesia. Tentang kehamilan, pernikahan dini, melahirkan, bahkan hingga aborsi.

Selama ini, bahkan di kehidupan sehari-haripun ketika kita berbicara mengenai seks yang terbesit di pikiran sebagian orang adalah hubungan seks. Jadi, masih banyak pro kontra di masyarakat tentang sexual education dan beranggapan bahwa membicarakan seks sama halnya seperti mengajarkan anak-anak untuk berhubungan seks.

Padahal seks sendiri artinya adalah jenis kelamin untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga ketidakpahaman tentang sexual education bagi remaja, mereka akan merasa bahwa hal tersebut adalah suatu hal yang biasa saja. Hal inilah yang mengakibatkan adanya tadi seperti perbuatan dalam film Dua Garis Biru. Bahkan adapula yang tidak bertanggung jawab atas perbuatannya.

Di Indonesia sendiri, terdapat kalangan masyarakat yang ketika tahu atau melihat perempuan yang sudah tidak perawan pasti akan di cap sebagai perempuan yang aneh-aneh, bukan begitu? Padahal mereka tidak tahu kebenaran sebenarnya yang terjadi pada perempuan itu. Mereka hanya dapat meng-judge karena bisa jadi kurangnya sexual education.

Padahal kehilangan perawan tidak melulu karena perempuan itu sudah pernah berhubungan dengan lawan jenis. Bisa saja karena “selaput dara” mereka sobek atau keperawanan mereka hilang karena lain hal, entah kecelakaan, jatuh atau apapun itu.

Ketidakpahaman remaja Indonesia tentang sexual education, karena yang mereka pikirkan hanyalah kesenangan saja, tanpa pikir panjang apa yang akan terjadi ketika mereka melakukan hal “itu”. Bahkan taukah kalian, di masa pandemic seperti ini pemerintah menyalurkan bantuan berupa kuota pendidikan untuk para pelajar dan ada kasus seorang guru privat yang mendapati muridnya menggunakan kuota tersebut untuk melihat video yang bersifat pornografi lewat media internet.

Dampak dari ketidakpahaman inilah yang mengakibatkan banyak hal-hal negative yang terjadi. Karena setelah mereka melihat, rasa penasaran untuk mencoba pun muncul seperti hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan dan sebagainya.

Tidak bisa dipungkiri ketika kita membicarakan hal tentang sexual education di mana saja, seru bukan? Apalagi kalau topic ini di bahas di sekolah. Pasti akan heboh, ada sedikit rasa malu, relate dengan kehidupan, dan pastinya banyak sekali nilai edukasinya. Seperti tiada habisnya kita membahas topic sex education ini.

Kalau kita berbicara tentang pergaulan bebas, kita baru menyadari betapa pentingnya sexual education karena dewasa ini banyak sekali kasus tentang pergaulan bebas yang muncul. Kalau seperti ini siapa yang harus di salahkan? Orang tua? Atau pelaku? Jika hanya mencari siapa yang salah dan saling menyalahkan bukanlah solusi yang tepat.

Pergaulan bebas ini terjadi juga dapat dipicu oleh semakin canggihnya kemajuan teknologi. Melalui media social, para remaja bertukar pesan, berkenalan hingga timbul perasaan, ketemuan lalu berhubungan. Atau ada pula mereka yang tidak memiliki ikatan cinta tapi mau sama mau. Bukankan hal tersebut ada di sekitar kita? Apakah kita bisa mencegahnya?

Berarti memang terbukti banyak remaja yang melakukan sesuatu untuk menjawab rasa ingin tahu mereka atau hanya mengikuti trend saja sehingga mereka melakukan hal yang belum pantas di lakukan oleh seumuran mereka. Tanpa mereka sadari, hal yang sudah mereka lakukan itu telah merusak masa depan mereka dan akan muncul permasalahan baru.

Jangan berlebihan dalam berpacaran, tetap menjaga batasan untuk tidak masuk ke kamar karena itu adalah privasi. Pacaran boleh tapi sewajarnya saja dan harus tau batasannya. Apabila sudah “keblabasan” pastinya aka nada resiko yang harus di tanggung. Dampaknya pun tidak hanya pada remaja itu sendiri, namun juga orang tua.

Resiko akibat dari perbuatan tersebut seperti hamil di luar nikah, pernikahan dini, resiko kematian pada ibu yang masih usia remaja atau bayinya, serta remaja itu harus putus sekolah karena hamil dan laki-lakinya harus bertanggung jawab dengan bekerja.

Menjadi orang tua bukan hanya perkara hamil 9 bulan saja, tapi pekerjaan seumur hidup. Orang tuanya tak kuasa menahan rasa malu, terpukul dan merasa gagal menjadi orang tua ketika tahu atas perbuatan anak-anak mereka. Benar bukan?

Teruntuk perempuan di luar sana, janganlah kalian mudah terlena oleh rayuan manis para lelaki. Mau dia tampan, baik tetapi kalau yang namanya setan juga pasti akan khilaf. Entah hal itu terjadi karena di sengaja maupun tidak sengaja hanya karena terjebak suasana.

Untuk itu, sebagai perempuan harus bisa lebih menjaga diri karena godaan setan belum tentu dapat di tahan. Begitupun dengan laki-laki, jangan merasa kalian selalu menjadi pelaku dan perempuan korban. Jangan meng-judge, karena kita tidak tahu permasalahan yang terjadi pada siapapun sebenarnya seperti apa.

Pembekalan tentang sexual education ini sangat penting bukan? Banyak sekali hal yang masih perlu kita pelajari tentang sexual education. Pengenalan sexual education ini dapat dimulai dari lingkungan keluarga, bersama orang tua dengan pembicaraan yang santai atau berdiskusi tentang kesehatan reproduksi.

Selan itu, dari lingkungan sekolah juga perlu. Dengan pendekatan antara guru dengan siswa lewat cara yang lebih akrab, mungkin siswa tidak merasa malu- malu lagi. Adanya seminar yang membahas tentang sexual education dengan mengundang narasumber atau pakar yang bisa dihandalkan untuk menjelaskan lebih detail lagi mengenai sexual education. Seperti dokter, psikolog, atau motivator narasumber yang memang paham dengan sexual education dalam gaya hidup remaja milenial sekarang ini.***

Mungkin Anda Suka