“Tolong, jangan jadi seperti saya!”

Mungkin itu yang saya ucapkan didepan mu saat bertatapan dengan mu secara langsung. Seperti saya menghakimi diri saya yang lampau. Biar saya ceritakan sedikit, saya menjadi mahasiswa baru pada tahun 2021.

Kamu jelas tahu masa-masa itu. Dunia terkunci, Lockdown. Menyebabkan proses belajar mengajar di lakukan secara online. Termasuk di kampus saya, yang jadinya menerapkan sistem belajar daring ini. (walau sejak 2020 kelas 12 SMA sudah ada, tapi jelas berbeda dengan masa kuliah)

Saya berkuliah bagaikan mengikuti arus sungai yang entah kemana tujuannya. Jalani saja, ujarnya. Padahal, bisa saja jurang air terjun yang tinggi nan berbahaya, hingga danau yang luas tak berarah sehingga hanya bisa diam dan tersesat, menunggu saya di ujung sana. Sayangnya saya terlambat menyadari hal ini.

Saat kuliah-kuliah daring, saya hanya menyimak dengan sekilas materi yang diterangkan oleh dosen. Saya benar-benar tidak berusaha memahami apa yang saya pelajari. Sering off cam, bermain game dan terkantuk-kantuk bahkan ketiduran, sehingga pernah tersisa dalam zoom meeting itu saya dan dosen yang menunggu mahasiswa kelas berikutnya yang akan masuk!

Hal kecil itu menjadikan saya saat semester 2 dan 3 menyesali pembelajaran yang dulu saya abaikan. Ternyata mata kuliah itu menjadikan bahan untuk memanjat ilmu yang berikutnya. Saya harus mengulang kembali pelajaran yang tertinggal. Agar bisa terkoneksi dengan materi yang sekarang.

Bahkan saya berharap kepada waktu jika satu mata kuliah saja yang bisa diulang hanya sekedar meng-screenshot materi yang diberikan oleh dosen. Namun begitulah datangnya penyesalan. Saya sangat sedikit sekali memiliki materi yang dulu diajarkan dosen. Jika dicari secara online di internet pun tidak sama dengan yang dipaparkan.

Saat ada tugas, saya memang mengumpulkan. Tetapi saya mengumpulkan tugas dengan jawaban yang asal dan sembarangan, tugas seperti makalah saya hanya copy-paste dari internet yang tidak jelas dari mana sumbernya, pelajaran menghitung seperti statistik saya kosongkan lembar jawabannya kecuali terisi soal dan nama saja. Serius.

Ahhg! bodohnya. Saya tidak tahu bagaimana ekspresi dosen saat melihat lembar jawaban itu. Hal-hal yang saya lakukan menyebabkan nilai IP semester satu dan dua saya kecil. Bahkan ada mata kuliah yang harus saya ulangi kembali karena tidak lulus.

Seandainya saya mempunyai relasi pertemanan. Untuk sekedar mengajari saya dan berbagi sedikit jawaban. Tapi tak punya…

Yah, pertemanan. Kuliah online ini membuat saya menjaga jarak terhadap seseorang. Social distancing pula membuat saya ragu untuk berbicara kepada seseorang saat bertemu di kampus (pengumpulan tugas, pengisian KRS, dan sebagainya yang mengurus berkas secara luring)

Ada pula insecure, membuat ruang lingkup pertemanan atau circle pertemanan saya tidak ada. Saya bukan anti-sosial, tapi saya ragu mengambil peran ke ruang lingkup sosial. Sehingga relasi pertemanan saya buruk sekali. Bahkan saat semester 3 (offline dan tatap muka) ada seorang kenalan yang baru menyadari bahwa saya sekelas dengannya ;D

Salah saya juga sih, selalu offcam dan jarang berpartisipasi dalam perkuliahan. Kecuali hanya sekedar isi absen lewat google form.

Saat semester tiga mulailah pembelajaran secara tatap muka. Saya canggung saat bersosial bersama orang lain. Semuanya melihat saya seperti murid baru saja. Padahal saya mengenal mereka lewat kuliah online. Mereka juga sering nimbrung di grup whatsapp, sedangkan saya, hanya melihat dan nyimak pesan mereka.

Saya juga takut salah ketik dan diabaikan jika mengirim sesuatu di grup itu. Bingung pula mau ngomongin apa. Jika memang waktu bisa diulang, saya akan berteman sama anak-anak yang ambisius, mereka yang idealis. Terkadang ada stigma dari anak lain bahwa kuliah itu jalani saja, IPK gak penting, mereka-mereka yang realistis. Saya termasuk ke dalam stigma itu, sehingga menjadikan saya terasa menyesali karena terlambat menyadari hal ini.

Kalau kamu merasa seperti sulit berteman, dan malas mengerjakan tugas dan sebagainya. Kamu hanya cukup mencari seperti video motivasi, atau hal-hal yang menjadikan alasan untuk tetap bergerak. Tidak ada yang peduli dengan kehidupan mu. Tapi setidaknya kamulah yang harus peduli dengan hidupmu sendiri. Mulailah dengan cari apa yang menyebabkan kamu menjadi seperti ini, kenapa kamu sulit berteman hingga sering tidak mengumpulkan tugas.

Penulis; Muhamad Viki Syahputra

Mungkin Anda Suka