Stigma Ilmu Matematika, Perkembangan Industri 5.0 pada Masyarakat 5.0

Ilustrasi Stigma Ilmu Matematika (Welda Nastiti Warokhmah/Universitas Tidar).

SUNANESIA.COM — Stigma merupakan suatu ketidaksetujuan dan diskriminasi terhadap suatu individu atau kelompok yang didasari karakteristik, sehingga membuat mereka merasa berbeda dari orang lain dalam berbagai lingkup. Sejalan dengan pendapat (Mansyur, 2012) yang mengemukakan ciri negatif yang terdapat pada seseorang karena dampak dari lingkungannya disebut dengan stigma.

Stigma sendiri dapat muncul di berbagai ranah seperti stigma terhadap perempuan, stigma terhadap masalah mental, stigma terhadap status sosial ekonomi, dan stigma terhadap ilmu. Salah satu stigma terhadap ilmu adalah ilmu matematika. Ilmu matematika merupakan cabang ilmu yang mempelajari pokok pembicaraan tentang bilangan. Berbagai jenis bilangan yang dibahas dalam ilmu matematika seperti aritmatika, aljabar, trigonometri, geometri, dan kalkulus dan analisis.

Selain itu Ilmu matematika memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan industri 5.0 dan masyarakat 5.0. Hal tersebut dapat terealisasikan dalam pembuatan teknologi yang tidak dapat lepas dari peran matematika. Saat ini, matematika memiliki peran penting dalam perkembangan teknologi. Dalam perkembangannya matematika akan terus berjalan bersama untuk membentuk sebuah sistem, karena dibutuhkan penerapan matematika.

Misalnya saja alogaritma yang dijadikan sebagai dasar perkembangan teknologi. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan algoritma yang menjadi suatu instruksi atau perintah terstruktur dan diimplementasikan ke dalam bahasa komputer untuk merancang suatu program. Selain alogoritma masih ada logika matematika, kalkulus, ilmu statistik, dan matematika diskrit yang digunakan dalam pengembangan teknologi bidang keamanan siber dan kriptografi.

Ilmu matematika juga mempunyai peran penting dalam mengembangkan dan mengoptimalkan sistem yang melibatkan teknologi canggih seperti AI, loT, dan teknologi robot.

Stigma ilmu matematika dalam perkembangan Industri 5.0 dilihat dari beberapa sudut seperti halnya stigma ilmu matematika meningkat karena teknologi dan perkembangan industri berkembang dengan cepat yang membuat ilmu matematika terkesan lebih kompleks dan sulit.

Selanjutnya dalam era industri 5.0 melibatkan penggabungan antara kemampuan manusia dan teknologi seperti AI, loT, dan teknologi robot. Misalnya stigma yang muncul dari beberapa orang mungkin akan merasa bahwa ilmu matematika tidak penting dalam era ini, yang pada kenyataanya hanya berfokus pada teknologi cangih saja.

Stigma ilmu matematika juga terdapat pada perkembangan masyarakat 5.0 yaitu para pendidik yang kesulitan membuat pembelajaran karena kualitas pendidik yang masih rendah. Masyarakat juga masih beranggapan bahwa ilmu matematika menjadi salah satu ilmu yang sulit, sehingga mereka tidak memepelajari secara mendalam mengenai ilmu matematika. Tidak hanya itu kualitas pendidikan matematika di Indonesia juga masih rendah peserta didik hanya sebatas memahami apa itu ilmu matematika, tapi tidak mengerti apa itu ilmu matematika.

Cara yang perlu kita ambil dalam menghadapi stigma tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, mengembangkan sifat berpikir kritis, kreatif, dan adaptif, serta melakukan pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan dengan mengadaptasi dan menggabungkan teknologi. Selain itu, perlu mengembangkan kompetensi pedagogik agar stigma ilmu matematika dalam perkembangan industri dan juga masyarakat 5.0 dapat terselesaikan.

Penulis: Welda Nastiti Warokhmah/Universitas Tidar/Prodi Pendidikan Matematika.

Editor: Regina Eka Meylani

Mungkin Anda Suka