Mobil Listrik: Suatu Persoalan Atau Pemecah Masalah Lingkungan

SUNANESIA.COM – Kendaraan listrik sering menjadi pembicaraan hangat di dunia otomotif serta energi. Kendaraan yang tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak (BBM) ini menarik masyarakat untuk melihatnya sebagai solusi dari pencemaran udara yang telah menjadi masalah dari tahun ke tahun.

Namun, apakah perkembangan kendaraan listrik ini dapat menguntungkan seperti yang kita pikirkan atau menjadi sebuah persoalan baru?

Energi terbarukan merupakan suatu hal yang sangat penting, mengingat keadaan lingkungan yang selalu berubah dan dampak pemanasan global yang terjadi sekarang ini.

Kendaraan listrik saat ini dianggap sebagai kendaraan yang ramah lingkungan, hal ini karena emisi yang dihasilkan lebih kecil dibanding kendaraan konvensional yang menggunakan BBM.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa, emisi CO2 yang dihasilkan dari kendaraan listrik murni hanya 0-5 gram/km.

Sedangkan pada kendaraan konvensional menghasilkan 125 gram/km emisi CO2. Selain itu kendaraan listrik menghasilkan polutan PM 2,5 yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan kendaraan konvensional, yaitu 11-13%.

Namun, kendaraan listrik memiliki masalah pencemaran tersendiri. Pada baterai yang digunakan kendaraan listrik mengandung komponen seperti litium, yang membutuhkan banyak energi untuk diambil dan disaring.

Jika kendaraan listrik diisi menggunakan listrik bertenaga batubara, maka akan menjadi lebih buruk bagi lingkungan daripada dengan kendaraan konvensional.

Penggunaan kendaraan listrik hanya mengurangi tingkat polusi udara ketika kendaraan itu dikendarai, namun tetap menyebabkan polusi udara di tempat yang berbeda.

Sebagai contoh, dalam proses pembuatan baterai kendaraan listrik, memerlukan banyak logam dan mineral. Pengambilan mineral tersebut menghasilkan limbah dan dampak pada lingkungan yang serius.

Dalam proses peleburan untuk menjadi nikel baterai dapat berpotensi menghasilkan limbah asam dalam jumlah yang besar dan penuh dengan logam berat. Lingkungan perairan bisa menjadi sasaran akibat dampak yang diberikan.

Jutaan ton limbah beracun bisa saja dibuang ke perairan dan menyebabkan rusaknya ekosistem di lingkungan tersebut.

Selain itu, baterai kendaraan listrik memiliki umur pakai yang terbatas, dan mengharuskan mereka untuk membuang dan di daur ulang. Namun, limbah dari baterai yang digunakan cukup berbahaya dan sulit untuk melakukan daur ulang sepenuhnya.

Saat ini bahan baterai EV (electric vehicle) yang layak untuk didaur ulang adalah jenis bahan kobalt. Maka, masih terdapat bahan lithium, mangan, dan nikel yang tidak dapat didaur ulang. Material tersebut dapat didaur ulang dengan proses tambahan yang akan meningkatkan biaya.

Tentu saja upaya dalam mengganti kendaraan berbahan fosil dengan kendaraan yang lebih ramah lingkungan perlu terus dilakukan.

Namun tetap harus disertai dengan langkah-langkah inovatif dan solutif untuk menekan faktor yang masih memberi celah bagi terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Demikianlah artikel singkat berjudul Mobil Listrik: Suatu Persoalan Atau Pemecah Masalah Lingkungan. Semoga dengan adanya artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua amin.***

Penulis: Diah Anggraeni

Mungkin Anda Suka