Gambaran Beratnya Sakaratul Maut, Seperti Dipukulan 300 Pedang Super Tajam

SUNANESIA.COM – Kebanyakan manusia ingin terhidar dari sakaratul maut, tapi keinginan ini tidak munkin dapat tercapai. Kematian dapat tepat datang sesuai dengan ketetapan Allah SWT. Bila ajal seseorang telah datang, tak ada seorangpun yang mampu untuk mengubahnya.

Kematian merupakan peristiwa berpisahnya ruh dan jasad, peristiwa itu terjadi disertai dengan mabuk dan rasa nyeri yang teramat sangat. Bahkan, rasa nyeri tersebut menjadi rasa paling nyeri yang menimpa seseorang di dunia. Masuk dan rasa nyeri itulah yang kemudian disebut dengan sakaratul maut.

Jadi tak heran sakaratul maut menjadi sesuatu yang ditakuti dan dijauhi setiap makhluk yang bernyawa, sebagaimana yang digambarkan dalam Al-Qur’an.

“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya,”(QS Qaf [50]: 19).

Ketika ruh dicabut, sakitnya luar biasa dan tidak bisa dibandingkan dengan rasa sakit di dunia. Ini dirasakan oleh orang-orang kafir. Sedangkan keluarnya ruh orang-orang yang beriman dengan perlahan-lahan.

Nabi Muhammad SAW menjelaskan tentang rasa sakit dalam sabdanya yang artinya: “Sakitnya Sakaratul Maut itu kira-kira tiga ratus sakitnya pukulan pedang” (HR. Ibu Abid Dunya).

Saat seseorang berada pada ajal maut, maka terdapat dua Malaikat yang sudah menunggu keluarnya ruh. Mereka menunggu di sebelah kanan dan kiri seseorang.

Ketika golongan orang berbahagia akan keluar ruh nya, maka Malaikat rahmat yang ada di sebelah kanan akan memanggilnya. Namun apabila seseorang termasuk golongan celaka, maka malalaikat Azablah yang akan mengundangnya.

Terdapat ayat dan hadits yang menggambarkan betapa beratnya sakaratul maut, terutama yang dialami oleh hamba-hamba zalim dan ahli maksiat.

Dianataranya adalah hadits berikut, Muhasibi menyebut Ar-Ri’ayah bahwa Allah Ta’ala berfirman kepada Ibrahim AS.

“Hai Khalil-Ku, Bagaimana engkau merasakan kematian?” Ibrahim menjawab, : Seperti besi yang dipanaskan dan diletakkan dalam bulu basah, kemudian ditarik.”

Allah SWT berfirman “Padahal kami telah meringankannya bagimu ya Ibrahim.”

Diriwayatkan bahwa ketika ruh Musa AS menghadap kepada Allah, Tuhan berkata kepadanya.

“Ya Musa, bagaimana engkau merasakan kematian?”

Musa menjawab “kurasakan jiwaku seperti burung pipit hidup digoreng diatas kuali, tidak mati hingga bisa beristirahat dan tidak selamat hingga bisa terbang.”

Atau dalam riwayat lain dari Musa, ia berkata, “Kurasakan jiwaku seperti kambing hidup yang diikuti oleh tukang jagal.”

Al-Qdhi Abu Bakar bin Arabi menyebutkan diriwayatkan dari Syahrin bin Hausyab bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang kematian dan kesulitannya.

Beliau menjawab, “Sesungguhnya kematian yang teringan adalah seperti duri yang ada di dalam bulu, bukankah duri tidak tidak keluar dari bulu, kecuali disertai bulu?”

Syahrin menuturkan, ketika Amru bin Ash menjelang wafat, anaknya berkata kepadanya, “Wahai ayahku, engkau pernah berkata, kiranya aku berjumpa dengan seorang laki-laki yang berakal cerdas ketika kematian terjadi, maka aku minta agar ia menceritakan apa yang terjadi padaku.

Engkaulah orang itu, maka ceritakanlah kematian itu padaku. “Amru berkata, “Wahai anakku, demi Allah seakan-akan sisi tubuhku berada ditempat tidur, seakan-akan bernafas dari racun jarum, dan seakan-akan ranting berduri ditarik dari telapak kaki sampai kepala.”

Kemudian ia melagukan sebuah syair “Kiranya sebelum aku mengalami apa yang kurasakan, aku merasa di bukit gunung menggembala kambing.”

Di riwayatkan dari Abi Maisarah, ia berkata “Andai kata rasa sakitnya rambut mayot diletakkan diatas penghuni langit dan bumi niscaya mereka mati.”

Begitulah gambaran kepedihan saat nyawa seseorang dicabut dari badan, sebagaimana ulasan dari beberapa hamba Allah diatas. Semua bakal merasakan, tak terkecuali kita.

Kendati demikian, ada kabar gembira bagi orang-orang mukmin. Sebab, saat kematian mereka akan disaksikan dan disambut oleh para malaikat yang bersiap akan membawa ruhnya dalam secarik kain sutera yang berasal dari surga dan berisi minyak misik paling wangi.

Selain itu, sakaratul maut pun terasa seperti ditariknya sehelai rambut dari adonan tepung atau seperti air yang mengalir dari mulut geriba.

Maka selayaknya setiap mukmin untuk mempersiapkan kematian dan sakaratul maut, di samping mempersiapkan kehidupan abadi yang didapat setelah kematian. Sebab, tidak ada yang mampu menunda maupun memajukan kematian walau hanya sesaat.

Demikianlah gambaran beratnya kematian dan sakaratul maut. Semoga kita diwarisi kematian husnul khatimah dan diberi keringanan dalam sakaratul maut amin.***

Penulis: Diah Anggraeni

 

Mungkin Anda Suka